Minggu, 16 Oktober 2011

BUat Dodol Durian SegerHana


PENDAHULUAN
Latar Belakang        
            Buah durian matang, atau tepatnya arilusnya, yang merupakan bagian yang dapat dimakan, umumnya dikonsumsi dalam keadaan segar. Di pasar, buah durian ini mengiklankan diri melalui baunya yang keras dan khas.
            Buah durian diawetkan dengan cara mengeringkan daging buahnya menjadi kue durian, atau diolah menjadi dodol; dapat pula difermentasi atau dijadikan asinan. Kini arilus durian juga diciutkan dan dibungkus, lalu dibekukan untuk memperpanjang penyediaan durian dimana dengan cara ini buah durian dapat diterima di pasaran ekspor. Rasa durian lebih disenangi di dalam es krim dan kue-kue. Biji durian yang direbus atau dibakar dimakan sebagai makanan kecil. Pucuk muda dan buahnya yang masih muda dapat dimasak untuk lalap.
            Kulit buah yang dikeringkan digunakan sebagai bahan bakar, terutama untuk mengasapi ikan. Beberapa bagian pohon durian dimanfaatkan sebagai obat; buah durian dianggap dapat menyembuhkan kesehatan orang atau hewan yang sakit. Menurut kepercayaan yang umum dianut, orang yang memakan durian dibarengi dengan minuman beralkohol dapat menyebabkan sakit atau bahkan mematikan.          Kayunya yang kasar dan ringan tidak tahan lama, tetapi dapat digunakan untuk konstruksi dalam rumah clan perkakas rumah yang murahan. Tanaman durian dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut. Namun, produksi terbaiknya dicapai jika penanaman dilakukan pada ketinggian 400-600 m di atas permukaan laut. Tanaman ini menyukai daerah yang beriklim basah atau tempat-tempat yang banyak turun hujan. Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhannya yaitu tanah yang lembap, subur, gembur, tak bercadas, dan kedalaman air tanahnya tidak lebih dari 1 m.

Tujuan Percobaan
-          Mengetahui cara pembuatan dodol durian
-          Mengamati mutu dodol durian secara organoleptik berdasarkan warna, aroma, rasa, dan tekstur


TINJAUAN PUSTAKA
            Di Indonesia, sebagian besar durian masih ditumbuhkan dari benih, walaupun beberapa cara perbanyakan klon telah dipraktekkan pula. Di Filipina, perbanyakan dengan benih telah diganti dengan penyambungan sanding (inarching) dan penyambungan celah (cleft grafting). Di Thailand, pembibitan-pembibitan menghasilkan sejumlah besar pohon durian melalui dua cara. Penyusuan secara tradisional mungkin merupakan penyambungan sanding yang cukup sederhana dan sangat tinggi persentase keberhasilannya; caranya ialah batang bawah yang dipelihara dalam kantung dibuntungi dan disisipkan ke cabang kecil pada tanaman induknya (Rukmana, 1996).
            Cara lainnya ialah penyambungan hipokotil, menggunakan semai dalam pot, berumur 5-6 minggu, yang disambung-celah dengan batang atas-mini yang dipotong dari pucuk lateral yang tipis saja. Perlakuan fungisida, terowongan plastik, dan naungan berat sangat diperlukan untuk melindungi jaringan yang masih rapuh. Benih durian kv. 'Chanee' biasa digunakan di Thailand untuk meningkatkan penyediaan batang bawah. Anakan durian dapat ditanam di lapangan seteiah berumur 1 tahun, dengan jarak tanam 8-16 m (Setiadi, 1997).
            Cara pemeliharaan durian dapat dilakukan denganmembabat gulma dan dibiarkan sebagai mulsa, tetapi lahan di bawah kanopi pohon diusahakan bebas dari gulma. Penyedotan hara sampai saat panen berjumlah 2,4 kg N, 0,4 kg P, 4,2 kg K, 0,3 kg Ca, dan 0,5 kg Mg per ton buah, tetapi penyedotan hara total belum pernah diteliti. Praktek di Thailand ialah memberikan pupuk majemuk dekat dengan garis-tetes segera setelah muncul kuncup bunga, ditunjang dengan pemberian pupuk di atas tanah jika telah ada pembentukan buah yang lebat; pemberian pupuk lainnya dilakukan setelah panen. Jika tersedia pupuk kandang, dapat menggantikan pemberian pupuk yang terakhir (Anonimous, 1997).
            Hama dan penyakit yang menjangkit tanaman durian ini adalah busuk akar, penyakit busuk pangkal batang, atau kanker-bintik (patch canker), yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora, merupakan pembunuh yang ditakuti. Jamur ini hidup di dalam tanah dan memperlemah pohon dengan cara menginfeksi akar. Infeksi bagian di atas permukaan tanah juga terjadi, barangkali terutama disebabkan oleh cipratan partikel-partikel tanah. Pohon durian akan mati jika infeksi pada pangkal batang lama-lama melukai keliling batang pohon itu (Untung, 1996).
            Untuk memberantas penyakit ini, pangkal batang diusahakan bebas dari tunas-tunas lateral setinggi 1 m atau lebih, lahan sekitar pohon agar bebas dari gulma, dan pengairan hendaknya tidak membasahi pangkal batang atau tanah yang dekat situ, juga air penyiraman dari satu pohon tidak membasahi pohon lain. Semacam pasta fungisida (sistemik) dicatkan pada pangkal batang durian, dan pohonnya hendaknya seringkali diperiksa, bagian yang terinfeksi agar dipotong dan bekas lukanya dibersihkan. Penyakit-penyakit lain, seperti bintik daun yang disebabkan oleh Colletotrichum spp., Homortegia durionir dan Phyllorticta durionir, dan busuk buah (Rhizopus sp.), tidak begitu berarti (Aksi Agraris, 1997).
            Di Kalimantan Tengah telah berkembang pengolahan buah durian berupa dodol yang disebut lempok. Pembuatan lempok ini dilakukan secara turun temurun dengan teknologi sederhana. Dodol durian mempunyai potensi pasar tinggi, baik dalam maupun luar daerah dengan harga relatif mahal, sehingga memberikan nilai tambah yang sangat menguntungkan.  Kualitas dodol yang dihasilkan masih beragam dan kemasannya pun sangat sederhana, sehingga pemasaran terbatas hanya di sekitar lokasi produksi dodol (Iptek NET, 2005).
Setelah buah durian dibuka dan diambil isinya, daging buahnya dipisahkan dari bijinya.  Daging buah durian ditambah 1 kg gula pasir untuk daging buah 4-5 kg dan 2 sendok teh garam.  Semua bahan  dimasukan dalam kuali yang diletakkan pada tungku. Tungku dibuat dari drum bekas dibagi dua (setengah bagian drum) kemudian dibuat lubang untuk tempat kayu.  Dalam pengolahan lempok, api tidak boleh terlalu besar dan bahan dikuali harus diaduk terus menerus.  Untuk 1 kaleng diperoleh bahan ± 4,5 kg dibutuhkan lama pengadukan 3-4 jam. Lempok siap diangkat atau dianggap matang bila tidak lengket pada alat pengaduk (Iptek NET, 2005).
Pengolahan lempok berlangsung antara 1-2 bulan per musim, karena bahan segar lempok terbatas.  Sehingga pengusaha melakukan penyimpanan dalam bentuk lempok.  Cara penyimpanan lempok yang dilakukan oleh pengusaha di kabupaten Murung Raya dan Barito Utara adalah dengan memasukkan bahan lempok ke tempat yang dilapisi dengan plastik, seperti ember atau tong, kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam rak-rak.  Penyimpanan dapat bertahan antara 4-6 bulan dengan volume penyimpanan antara 1-1,5 ton per pengusaha. Sedangkan di desa Tumbang Liting, lempok yang sudah dibungkus dengan plastik kemudian dibungkus dengan daun ”tantowo”, setelah itu disusun rapi di atas perapian (para-para), lalu ditutup dengan kawat kasa untuk menghindari gangguan hama tikus. (Sunarjono, 1999).
Pengkajian pengemasan lempok durian spesifik Kalimatan Tengah ini terdiri dari dua tahap, yaitu merancang teknik pengemasan dan desain kemasan lempok dan dodol durian dan mengetahui respon konsumen terhadap desain kemasan yang dibuat.  Analisis menggunakan kuisioner dan di uji dengan metode skoring.  Bahan dan alat berupa plastik, kertas, kotak karton,  kertas label, alat pencetak dan labeling (Anonimous, 2003).
BAHAN DAN METODA
Bahan
-    Durian 300 gr
-    Gula merah
-    Santan kelapa
-    Tepung ketan
-    Gula pasir
-    Garam

Alat
-    Sendok makan
-    Baskom
-    Saringan
-    Kuali
-    Kompor
-    Pisau
-    Plastik transparan
-    Cetakan dodol
-    Sudip
Prosedur Percobaan
-          Dihancurkan buah dengan blender
-          Dicampur bubur buah dengan tepung ketan dengan perbandingan 1 bagian tepung ketan untuk 15-20 bagian bubur buah
-          Diaduk rata
-          Ditambahkan 1 bagian gula pasir, 3 bagian gula aren, sedikit garam dan santan dipanaskan dan diaduk terus sampai merata sampai tekstur menjadi pasta liat
-          Dimasukkan ke dalam cetakan dodol
-          Didinginkan dan dibiarkan mengeras
-          Dipotong-potong dan dibungkus dengan kertas minyak yang dilapisi dengan plastik
Pembuatan Dodol :
   Dalam pembuatan dodol, bahan yang dipanaskan harus diaduk terus-menerus. Hal ini dilakukan agar dodol tidak gosong. Adapun perbandingan durian dan tepung ketan dalam pembuatan dodol adalah 15 : 1x20 dimana durian yang dipakai untuk pembuatan dodol sebanyak 300 gram, 20 gram tepung ketan, 20 gram gula pasir, 60 gram gula aren. Dodol durian mempunyai potensi pasar tinggi, baik dalam maupun luar daerah dengan harga relatif mahal, sehingga memberikan nilai tambah yang sangat menguntungkan. Kualitas dodol yang dihasilkan masih beragam dan kemasannya pun sangat sederhana, sehingga pemasaran terbatas hanya di sekitar lokasi produksi dodol. Setelah buah durian dibuka dan diambil isinya, daging buahnya dipisahkan dari bijinya. Daging buah durian ditambah 1 kg gula pasir untuk daging buah 4-5 kg dan 2 sendok teh garam.  Semua bahan  dimasukan dalam kuali yang diletakkan pada tungku.  Dalam pengolahan dodol durian, api tidak boleh terlalu besar dan bahan dikuali harus diaduk terus menerus. Dodol siap diangkat atau dianggap matang bila tidak lengket pada alat pengaduk. Cara penyimpanan dodol dalam jumlah besar harus diperhatikan, hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarjono (1999) yang menyatakan cara penyimpanan lempok yang dilakukan oleh pengusaha di kabupaten Murung Raya dan Barito Utara adalah dengan memasukkan bahan lempok ke tempat yang dilapisi dengan plastik, seperti ember atau tong, kemudian ditutup rapat dan diletakkan dalam rak-rak.  Penyimpanan dapat bertahan antara 4-6 bulan dengan volume penyimpanan antara 1-1,5 ton per pengusaha. Sedangkan di desa Tumbang Liting, lempok yang sudah dibungkus dengan plastik kemudian dibungkus lagi dengan daun ”tantowo”, setelah itu disusun rapi di atas perapian (para-para), lalu ditutup dengan kawat kasa untuk menghindari gangguan hama tikus.  Menurut petani penyimpanan demikian dapat bertahan 1 tahun dan mutu lempok tidak berubah, akan tetapi volume simpan terbatas antara 50-100 kg/tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris. 1997. Budidaya Durian. Kanisius. Yogyakarta

Anonimous. 1997. Berkebun Durian Ala Petani Thailand. Penebar Swadaya. Jakarta

Anonimous. 2003. Mengebunkan Durian Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta

Iptek NET. 2005. Durian Si dodol. Diambil dari http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_ pangan. [ 30 November 2008]

Rukmana, R. 1996. Budidaya dan Pasca Panen Durian. Kanisius. Yogyakarta

Setiadi. 1997. Bertanam Durian. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunarjono, H. 1999. Aneka Permasalahan Durian dan Pemecahannya. Penebar Swadaya. Jakarta

Untung, O. 1996. Durian Untuk Komersidil dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta